Pages

Jumat, 28 Desember 2012

Jurnal Fotogrametri


Praktikum Fotogrametri Dasar Lapangan
APLIKASI GROUND CONTROL POINT (GCP) DALAM PEMBUATAN DIGITAL SURFACE MODEL SEBAGIAN WILAYAH PARANGENDOG
Kelompok 1 Praktikum Fotogrametri Dasar*
*Dicky Setiady, Dwi Santy R.,Elok Azza, Eni Susanti, Imron Rosadi, Khusna Tania, M. Warizmi Wafiq, Shanti Puspitasari
 

Abstrak
Tujuan dari praktikum lapangan ini adalah pengaplikasian Virtual Stereoplotter untuk menghasilkan DSM. Wilayah yang dijadikan area kajian adalah Parangendog yang memiliki topografi beragam. Untuk menentukan titik-titik yang akan dijadikan GCP perlu diperhatikan aspek persebaran yang merata dan titik-titik yang diambil harus mewakili ketinggian yang beragam. Apabila proses pengambilan GCP ini selesai dilakukan di lapangan, selanjutnya adalah proses laboratorium untuk memproses dengan software tersebut. Input GCP perlu dilakukan sebagai tahap awal untuk kemudian ditentukan tie point dan dilakukan cross correlation atau pembuatan titik-titik lain secara otomatis. Untuk mengurangi RMS error dapat dilakukan dengan bunddle adjustment. Sehingga dari hasil pengolahan ini didapatkan DSM dan profil melintang area yang dikaji.
Kata kunci: DSM, GCP, Virtual Stereoplotter
Abstract
The aim of this field work is the application of virtual field Stereoplotter to generate DSM. The area which is used as the study area is Parangendog with diverse topography. To determine the points that will be used as GCP aspects need to be considered equal distribution and the points are taken to represent a variety of heights. When the process is completed GCP collection in the field, then, is the laboratory for processing with the software. Input GCP needs to be done as a first stage and then set tie point and do cross correlation or making other points automatically. To reduce the RMS error can be bunddle adjustment. So that is obtained from the processing of DSM and transverse profiles studied area.
Keywords: DSM, GCP, Virtual Stereoplotter


1.      PENDAHULUAN

Parangendog berada di sebelah timur Pantai Parangtritis dan    merupakan daerah pantai paling timur dari deretan Pantai Selatan. Secara administratif, daerah kajian berada pada Kecamatan Kretek yang terletak di Kabupaten Bantul. Namun, sebagian daerah ini sudah berada di daerah administrasi kecamatan Panggang Kabupaten Gunungkidul.
Kecamatan Kretek berada pada dataran rendah dengan ketinggian 15 meter dpal, 95% dari daerah Kecamatan Kretek ini memiliki kemiringan lereng datar hingga berombak. Sedangkan 5% sisanya berupa daerah dengan kemiringan lereng berombak sampai berbukit. Sebagian daerah Parangendog yang menjadi daerah kajian dalam penelitian ini termasuk daerah yang memiliki kemiringan lereng berbukit.
Digital Surface Model yang masih masuk ke dalam rumpun Digital Elevation Model mampu merepresentasikan  permukaan  bumi  dalam bentuk yang nyata dan sangat mirip dengan kenyataannya di lapangan. Kenyataan ini membuat berbagai kalangan banyak menggunakan DSM untuk memodelkan kondisi topografi lapangan. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk membuat pemodelan permukaan bumi dengan menggunakan software Virtual Stereoplotter pada daerah kajian sebagian wilayah Parangendog yang sebagian besar mempunyai relief berbukit
2.    DASAR TEORI
Digital elevation model (DEM) adalah data digital yang menggambarkan geometri dari bentuk permukaan bumi atau bagiannya yang terdiri dari himpunan titik-titik koordianat hasil sampling dari permukaan dengan algoritma yang didefinisikan permukaan tersebut menggunakan himpunan koordinat. (Tempfli, 1991 dalam Purwanto, 2008).
DEM khususnya digunakan untuk menggambarkan relief medan. Gambaran model relief rupabumi tiga dimensi (3 dimensi yang menyerupai keadaan sebenarnya di dunia nyata (real world) divisualisaikan dengan bantuan teknologi komputer grafis dan teknologi virtual reality (Mogal, 1993).
Fotogrametri adalah seni, ilmu dan teknologi untuk memperoleh informasi terpercaya tentang obyek fisik dan lingkungan melalui proses perekaman, pengukuran dan interpretasi gambaran fotografik dan pola radiasi tenaga elektromagnetik yang terekam (American Society of Photogrammetry, 1979 dalam Wolf, P.R., 1993)
Virtual Stereoplotter adalah perangkat lunak pemrosesan digital foto udara stereoskopis. Aplikasi ini dibuat dengan VB 2010 Express dengan mengintegrasikan komponen-komponen dan pustaka seperti DotSpasial 1.2, Geostatistical Tool, MathNet.Numerics, dan ZedGraph. Beberapa kinerja aplikasi ini seperti Orientasi Interior, Cross Correlation, Penyesuaian Model Single Bundle, IDW, Pemfilteran Median, sehingga diperoleh Digital Surface Model (DSM) yang bereferensi spasial. Kualitas hasil DSM ini dikontrol dari kualitas titik kontrol foto udara, dan atau titik ikatnya.
Virtual Stereoplotter ini dikembangkan oleh Rendy Putra Maretika, seorang profesional programmer dengan latar belakang pendidikan Kartografi dan Penginderaan Jauh Fakultas Geografi UGM.

3.    METODE
Praktikum pembuatan DSM ini diawali dengan interpretasi secara monoskopis yang menggunakan dua citra Parangendog yang saling bertampalan. Dari citra tersebut diambil sebanyak 20 titik sampel dengan rincian 10 titik sebagai GCP dan 10 titik lainnya sebagai titik sampel lokasi. Titik-titik yang telah diambil sebagai sampel tersebut kemudian dilakukan uji lapangan untuk mendapatkan data tentang koordinat tiap lokasi sampel. Pengambilan koordinat titik tersebut dilakukan dengan menggunakan beberapa alat antara lain GPS, Hagameter , Kompas , dan kamera. Data lapangan yang telah diperoleh, selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan menggunakan aplikasi virtual stereoplotter untuk mendapatkan DSM yang diinginkan.

4.        HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan praktikum dilaksanakan pada tanggal 15 Desember 2012 dengan mengambil beberapa titik sampel di sekitar Parangendog, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kecamatan Kretek berada di sebelah selatan Kabupaten Bantul, tepatnya terletak antara 07º 57' 23.6081"- 08º 1' 39.9271" Lintang Selatan dan 110º 16'31.4975" - 110º 20' 29.1019" Bujur Timur. Kecamatan ini berbatasan langsung dengan Kecamatan Pundong Gunungkidul di sebelah timur; Kecamatan Bambanglipuro di sebelah utara; Kecamatan Sanden di sebelah barat; dan Samudra Hindia di sebelah selatan.
Pengambilan sampel yang bervariasi dan menyebar pada area kajian merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Pengambilan sampel yang merata akan dapat mewakili keseluruhan topografi yang dijadikan area kajian, meskipun tidak sepenuhnya. Paling tidak setiap perbedaan ketinggian dapat tewakili oleh satu titik sampel. Namun dalam praktikum lapangan ini tidak semua area diambil titiknya untuk dijadikan sampel. Pengambilan sampel hanya dilakukan pada area yang sempit dan tidak meyebar. Hanya terpusat pada daerah di tepi tebing yang dekat dengan gubuk. Hal inilah yang menjadikan hasil yang diperoleh kurang akurat. Distribusi GCP yang baik adalah menyebar agar diperoleh suatu besaran ketinggian yang tidak bernilai negatif. Apabila terdapat suatu ketinggian bernilai negatif, berarti GCP yang digunakan tidak stabil. Seperti pada pondasi kursi, bila penyangganya satu garis maka kursi akan mudah jatuh. Pengambilan titik ikat yang memencar ini akan membuat GCP menjadi semakin stabil.
Apabila sampel diambil pada lokasi yang topografinya bervariasi maka titik-titik yang ditembak harus banyak, sebaliknya apabila sampel diambil pada lokasi yang relatif datar maka titik-titik yang ditembak tidak perlu banyak. Lokasi pengambilan sampel yang berada di Parangendog berupa bukit yang topografinya terjal, sehingga pengambilan GCP memerlukan titik yang banyak dengan jarak yang dekat. Pengambilan GCP ini bertujuan untuk memperoleh koordinat tanah sebagai titik ikat dalam pembuatan tie point.






Dari hasil yang diperoleh dalam praktikum lapangan ini, DSM yang dioperoleh belum bisa merepresentasikan keadaan topografi sebagian wilayah Parangendog. Hal ini dibuktikan dengan membandingkan hasil pengolahan data praktikan dengan hasil pengolahan data di dalam skripsi yang berjudul Pemrograman Virtual Stereoplotter’ Sebagai Program Spasial Penghasil Digital Surface Model Dari Foto Udara Stereo Digital yang disusun oleh Rendy Putra Maretika. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.




            Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat perbedaan yang nyata terhadap profil yang dihasilkan. Jika dalam gambar 1.1 profil mencerminkan adanya cliff yang ada di lapangan, sedangkan pada gambar 1.2 profil hanya mencerminkan daerah berbukit yang kemiringannya tidak terjal. Apabila dilihat pada kondisi nyata di lapangan, maka gambar 1.1 lebih mendekati akurat, karena di sekitar daerah itu memang terdapat cliff yang terjal.
            Kesalahan pada pengolahan data yang menghasilkan kesalahan pada DSM dan profil tersebut, dikarenakan beberapa hal. Diantaranya:
a.       Kesalahan pengambilan GCP
Pengambilan GCP seharusnya meyebar pada seluruh area yang dikaji dan harus mewakili topografi Parangendog yang beragam. Namun dalam praktikum kali ini GCP diambil pada lokasi yang relative berdekatan sehingga tampak menggerombol dan belum mampu mewakili topografi Parangendog yang beragam.
b.      Keterbatasan alat
Dalam praktikum lapangan ini pengambilan GCP menggunakan GPS dengan tingkat akurasi yang rendah. Jika ingin mendapatkan akurasi yang tinggi seharusnya menggunakan GPS Geodetic.

5.      KESIMPULAN
DSM yang dihasilkan praktikan belum merepresentasikan kesan topografi pada sebagian wilayah Parangendog yang disebabkan oleh keterbatasan alat dan kesalahan pengambilan GCP di lapangan


DAFTAR PUSTAKA
Maretika, Rendy Putra. 2012. Pemrograman Virtual Stereoplotter’ Sebagai Program Spasial Penghasil Digital Surface Model Dari Foto Udara Stereo Digital. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada

Purwanto, Taufik Hery. 2008. 3D-Analyst. Materi Kuliah. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Wolf, P. R. 1993, Elemen Fotogrametri dengan Intepretasi Foto Udara dan Penginderaan Jauh, Edisi Kedua. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

0 komentar:

Posting Komentar

About

Blogger templates