Praktikum
Fotogrametri Dasar Lapangan
APLIKASI
GROUND CONTROL POINT (GCP) DALAM
PEMBUATAN DIGITAL SURFACE MODEL
SEBAGIAN WILAYAH PARANGENDOG
Kelompok
1 Praktikum Fotogrametri Dasar*
*Dicky Setiady, Dwi
Santy R.,Elok Azza, Eni Susanti, Imron Rosadi, Khusna Tania, M. Warizmi Wafiq,
Shanti Puspitasari

Abstrak
Tujuan
dari praktikum lapangan ini adalah pengaplikasian Virtual Stereoplotter untuk menghasilkan DSM. Wilayah yang
dijadikan area kajian adalah Parangendog yang memiliki topografi beragam. Untuk
menentukan titik-titik yang akan dijadikan GCP perlu diperhatikan aspek
persebaran yang merata dan titik-titik yang diambil harus mewakili ketinggian
yang beragam. Apabila proses pengambilan GCP ini selesai dilakukan di lapangan,
selanjutnya adalah proses laboratorium untuk memproses dengan software tersebut. Input GCP perlu
dilakukan sebagai tahap awal untuk kemudian ditentukan tie point dan dilakukan
cross correlation atau pembuatan titik-titik lain secara otomatis. Untuk
mengurangi RMS error dapat dilakukan
dengan bunddle adjustment. Sehingga
dari hasil pengolahan ini didapatkan DSM dan profil melintang area yang dikaji.
Kata kunci: DSM, GCP, Virtual Stereoplotter
Abstract
The
aim of this field work is the application of virtual field Stereoplotter to generate
DSM. The area which is used as the study area is Parangendog with diverse
topography. To determine the points that will be used as GCP aspects need to be
considered equal distribution and the points are taken to represent a variety
of heights. When the process is completed GCP collection in the field, then, is
the laboratory for processing with the software. Input GCP needs to be done as
a first stage and then set tie point and do cross correlation or making other
points automatically. To reduce the RMS error can be bunddle adjustment. So
that is obtained from the processing of DSM and transverse profiles studied
area.
Keywords:
DSM, GCP, Virtual Stereoplotter
1.
PENDAHULUAN
Parangendog berada di sebelah timur Pantai Parangtritis dan merupakan daerah pantai paling timur dari deretan Pantai Selatan. Secara
administratif, daerah kajian berada
pada
Kecamatan Kretek yang terletak di Kabupaten Bantul. Namun, sebagian daerah ini sudah berada
di daerah administrasi kecamatan Panggang Kabupaten Gunungkidul.
Kecamatan
Kretek berada pada dataran rendah dengan ketinggian
15 meter dpal, 95% dari
daerah Kecamatan Kretek ini
memiliki kemiringan lereng
datar hingga berombak. Sedangkan 5% sisanya berupa daerah
dengan kemiringan lereng
berombak sampai berbukit. Sebagian daerah Parangendog yang
menjadi daerah kajian dalam penelitian ini termasuk
daerah yang memiliki kemiringan lereng
berbukit.
Digital Surface Model
yang masih masuk ke dalam rumpun Digital
Elevation Model mampu merepresentasikan
permukaan
bumi
dalam bentuk yang
nyata dan sangat mirip dengan kenyataannya di lapangan.
Kenyataan ini membuat berbagai kalangan banyak menggunakan DSM untuk memodelkan
kondisi topografi lapangan. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk membuat
pemodelan permukaan bumi dengan menggunakan software
Virtual Stereoplotter pada daerah kajian sebagian wilayah Parangendog yang
sebagian besar mempunyai relief berbukit
2.
DASAR
TEORI
Digital elevation
model (DEM) adalah data digital yang menggambarkan geometri dari
bentuk permukaan bumi atau bagiannya yang terdiri dari himpunan titik-titik
koordianat hasil sampling dari permukaan dengan algoritma yang didefinisikan
permukaan tersebut menggunakan himpunan koordinat. (Tempfli, 1991 dalam
Purwanto, 2008).
DEM khususnya digunakan untuk menggambarkan relief medan.
Gambaran model relief rupabumi tiga dimensi (3 dimensi yang menyerupai keadaan
sebenarnya di dunia nyata (real world) divisualisaikan dengan bantuan teknologi
komputer grafis dan teknologi virtual
reality (Mogal, 1993).
Fotogrametri
adalah seni, ilmu dan teknologi untuk memperoleh informasi terpercaya
tentang obyek fisik
dan lingkungan
melalui proses
perekaman,
pengukuran dan
interpretasi gambaran fotografik dan pola radiasi tenaga elektromagnetik yang
terekam (American Society
of Photogrammetry, 1979 dalam Wolf, P.R.,
1993)
Virtual Stereoplotter adalah
perangkat lunak pemrosesan digital foto udara stereoskopis. Aplikasi ini dibuat
dengan VB 2010 Express dengan mengintegrasikan komponen-komponen dan pustaka
seperti DotSpasial 1.2, Geostatistical Tool, MathNet.Numerics, dan ZedGraph.
Beberapa kinerja aplikasi ini seperti Orientasi Interior, Cross Correlation,
Penyesuaian Model Single Bundle, IDW, Pemfilteran Median, sehingga diperoleh
Digital Surface Model (DSM) yang bereferensi spasial. Kualitas hasil DSM ini
dikontrol dari kualitas titik kontrol foto udara, dan atau titik ikatnya.
Virtual Stereoplotter ini
dikembangkan oleh Rendy Putra Maretika, seorang profesional programmer dengan
latar belakang pendidikan Kartografi dan Penginderaan Jauh Fakultas Geografi
UGM.
3. METODE
Praktikum pembuatan DSM ini
diawali dengan interpretasi secara monoskopis yang menggunakan dua citra
Parangendog yang saling bertampalan. Dari citra tersebut diambil sebanyak 20
titik sampel dengan rincian 10 titik sebagai GCP dan 10 titik lainnya sebagai
titik sampel lokasi. Titik-titik yang telah diambil sebagai sampel tersebut
kemudian dilakukan uji lapangan untuk mendapatkan data tentang koordinat tiap
lokasi sampel. Pengambilan koordinat titik tersebut dilakukan dengan menggunakan
beberapa alat antara lain GPS, Hagameter , Kompas , dan kamera. Data lapangan
yang telah diperoleh, selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan menggunakan
aplikasi virtual stereoplotter untuk mendapatkan DSM yang diinginkan.
4.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan
praktikum dilaksanakan pada tanggal 15 Desember 2012 dengan mengambil beberapa
titik sampel di sekitar Parangendog, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Kecamatan Kretek berada di sebelah selatan Kabupaten Bantul, tepatnya
terletak antara 07º
57' 23.6081"- 08º 1' 39.9271" Lintang Selatan dan 110º 16'31.4975" - 110º 20' 29.1019" Bujur Timur. Kecamatan ini berbatasan langsung
dengan Kecamatan Pundong Gunungkidul di sebelah timur; Kecamatan Bambanglipuro
di sebelah utara; Kecamatan Sanden di sebelah barat; dan Samudra Hindia di
sebelah selatan.
Pengambilan sampel yang bervariasi dan menyebar pada
area kajian merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Pengambilan sampel yang
merata akan dapat mewakili keseluruhan topografi yang dijadikan area kajian,
meskipun tidak sepenuhnya. Paling tidak setiap perbedaan ketinggian dapat
tewakili oleh satu titik sampel. Namun dalam praktikum lapangan ini tidak semua
area diambil titiknya untuk dijadikan sampel. Pengambilan sampel hanya
dilakukan pada area yang sempit dan tidak meyebar. Hanya terpusat pada daerah
di tepi tebing yang dekat dengan gubuk. Hal inilah yang menjadikan hasil yang
diperoleh kurang akurat. Distribusi GCP yang baik adalah menyebar agar
diperoleh suatu besaran ketinggian yang tidak bernilai negatif. Apabila
terdapat suatu ketinggian bernilai negatif, berarti GCP yang digunakan tidak
stabil. Seperti pada pondasi kursi, bila penyangganya satu garis maka kursi
akan mudah jatuh. Pengambilan titik ikat yang memencar ini akan membuat GCP
menjadi semakin stabil.
Apabila sampel diambil pada lokasi yang topografinya
bervariasi maka titik-titik yang ditembak harus banyak, sebaliknya apabila
sampel diambil pada lokasi yang relatif datar maka titik-titik yang ditembak
tidak perlu banyak. Lokasi pengambilan sampel yang berada di Parangendog berupa
bukit yang topografinya terjal, sehingga pengambilan GCP memerlukan titik yang
banyak dengan jarak yang dekat. Pengambilan GCP ini bertujuan untuk memperoleh
koordinat tanah sebagai titik ikat dalam pembuatan tie point.
Dari hasil yang
diperoleh dalam praktikum lapangan ini, DSM yang dioperoleh belum bisa
merepresentasikan keadaan topografi sebagian wilayah Parangendog. Hal ini
dibuktikan dengan membandingkan hasil pengolahan data praktikan dengan hasil
pengolahan data di dalam skripsi yang berjudul Pemrograman ‘Virtual Stereoplotter’ Sebagai Program Spasial Penghasil Digital Surface Model Dari Foto Udara Stereo
Digital
yang disusun oleh Rendy Putra Maretika. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar berikut.
Berdasarkan gambar di atas, dapat
dilihat perbedaan yang nyata terhadap profil yang dihasilkan. Jika dalam gambar
1.1 profil mencerminkan adanya cliff yang ada di lapangan, sedangkan pada
gambar 1.2 profil hanya mencerminkan daerah berbukit yang kemiringannya tidak
terjal. Apabila dilihat pada kondisi nyata di lapangan, maka gambar 1.1 lebih
mendekati akurat, karena di sekitar daerah itu memang terdapat cliff yang
terjal.
Kesalahan pada pengolahan data yang
menghasilkan kesalahan pada DSM dan profil tersebut, dikarenakan beberapa hal.
Diantaranya:
a. Kesalahan
pengambilan GCP
Pengambilan GCP
seharusnya meyebar pada seluruh area yang dikaji dan harus mewakili topografi
Parangendog yang beragam. Namun dalam praktikum kali ini GCP diambil pada
lokasi yang relative berdekatan sehingga tampak menggerombol dan belum mampu
mewakili topografi Parangendog yang beragam.
b. Keterbatasan
alat
Dalam praktikum
lapangan ini pengambilan GCP menggunakan GPS dengan tingkat akurasi yang
rendah. Jika ingin mendapatkan akurasi yang tinggi seharusnya menggunakan GPS Geodetic.
5.
KESIMPULAN
DSM
yang dihasilkan praktikan belum merepresentasikan kesan topografi pada sebagian
wilayah Parangendog yang disebabkan oleh keterbatasan alat dan kesalahan
pengambilan GCP di lapangan
DAFTAR
PUSTAKA
Maretika, Rendy Putra.
2012. Pemrograman ‘Virtual Stereoplotter’ Sebagai Program Spasial Penghasil Digital Surface Model Dari Foto Udara Stereo
Digital.
Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah
Mada
Purwanto, Taufik Hery. 2008. 3D-Analyst. Materi Kuliah. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.
Wolf, P. R. 1993, Elemen Fotogrametri dengan Intepretasi Foto Udara
dan Penginderaan Jauh, Edisi Kedua. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
0 komentar:
Posting Komentar