1. Definisi
peta topografi dan atau peta Rupabumi Indonesia
Peta topografi merupakan peta yang
menggambarkan kenampakan permukaan bumi. Dalam pengertian yang lebih luas, topografi tidak hanya mengenai
bentuk permukaan saja, tetapi juga vegetasi dan pengaruh manusia terhadap
lingkungan, dan bahkan kebudayaan lokal. Topografi umumnya menyuguhkan relief
permukaan, model tiga dimensi, dan identifikasi jenis lahan. Peta topografi
menyajikan gambaran permukaan bumi dengan seteliti mungkin sejauh skalanya
memungkinkan, dan menunjukkan elemen-elemen baik alami (natural) maupun
cultural (man made).Sebelum bakosurtanal membuat peta yang kemudian dinamakan
Rupa bumi Indonesia, telah dikenal jenis peta topografi yang dibuat oleh Army
Map Service (AMS) US, yang kemudian dinamakan LCO (Lambert Conical Orthomapic).
Peta Rupa Bumi Indonesia atau yang lebih dikenal dengan Peta RBI
menurut BAKOSURTANAL didefinisikan sebagai peta topografi yang menampilkan
sebagian unsur-unsur alam dan buatan manusia di wilayah NKRI.
2.
Unsur-unsur peta Rupabumi Indonesia
Unsur-unsur kenampakan
rupabumi dapat dikelompokkan menjadi 7 tema, yaitu:
Ø Tema 1: Penutup lahan: area tutupan lahan
seperti hutan, sawah, pemukiman dan sebagainya
Ø Tema 2: Hidrografi: meliputi unsur perairan
seperti sungai, danau, garis pantai dan sebagainya
Ø Tema 3: Hipsografi: data ketinggian seperti
titik tinggi dan kontur
Ø Tema 4: Bangunan: gedung, rumah dan bangunan
perkantoran dan budaya lainnya
Ø Tema 5: Transportasi dan Utilitas: jaringan
jalan, kereta api, kabel transmisi dan jembatan
Ø Tema 6: Batas administrasi: batas negara
provinsi, kota/kabupaten, kecamatan dan desa
Ø Tema 7: Toponimi: nama-nama geografi seperti
nama pulau, nama selat, nama gunung dan sebagainya
3.Sumber
data untuk pemetaan:
a.
Foto Udara
Foto udara merupakan salah satu sumber data yang
cukup mudah didapatkan. Foto udara mempunyai skala yang lebih detail daripada
citra satelit. Oleh karena itu untuk pemetaan skala besar dengan kedetailan
yang tinggi, dianjurkan menggunakan foto udara sebagai salah satu sumber
datanya.
b.
Citra satelit
Citra satelit dapat memberikan data untuk
memetakan area yang lebih luas dengan kedetailan yang tidak begitu besar.
Dengan berbagai variasi citra, pembuat peta dapat memilih salah satu
diantaranya untuk mendapatkan data.
c.
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan
melalui lembaga lembaga yang bersangkutan dengan data yang ingin di dapatkan,
bukan data yang diambil langsung dari lapangan. Sebagai contoh, jika ingin
mendapatkan informasi segala sesuatu tentang tanah, maka kita bisa mendatangi
BPN untuk mendapatkan data sekundernya.
d.
Digitasi peta-peta
Merevisi peta yang sebelumnya pernah ada juga
bisa dilakukan untuk membuat peta yang baru. Metode yang digunakan bisa melalui
digitasi peta peta dasar yang sudah tersedia dan kemudian memperbarui informasi
yang ada.
4. Metode
pemetaan Topografi (RBI)
Tahap pengumpulan data dalam pemetaan topografi dibedakan
menjadi dua, yaitu metode terestris dan metode ekstra terrestrial.
1.
Metode terestris
Survei
pengumpulan data berdasarkan pengukuran dan pengamatan yang semuanya dilakukan
di permukaan bumi. Hasilnya sangat akurat. Terdapat tiga macam pekerjaan yang
terdapat pada metode terestris ini, yaitu pengukuran totpografi, pengolahan
data ukuran, dan pencetakan peta. Data yang didapat merupakan data local yang
harus diolah dulu untuk menyajikannya dalam bentuk koordinat bumi (x,y,z).
Metode penentuan titik control dapat dilakukan
dengan membuat polygon, pengikatan ke muka, dan pengikatan ke belakang. Selain
itu dapat juga dilakukan dengan survey GPS, dimana titik titik pengamatan
statis (tidak bergerak) membentuk suatu jaring, yaitu jaring survey GPS
1.
Metode ekstraterestris
Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
pengukuran/ pengamatan dari obyek di luar angkasa menggunakan bantuan dari
satelit. Metode ekstraterestris biasanya menggunakan GPS sebagai alat bantunya.
Hasil dari pengukuran ekstraterestris ini tidak seakurat metode terestris yang
notabene diukur langsung di lapangan. Hal ini dikarenakan, metode
ekstraterestris sangat rawan terkena bias dari atmosfer, terutama GPS.
4. Standart
Teknis Pemetaan
Standar teknis
pemetaan rupabumi sudah sepenuhnya diatur oleh BAKOSURTANAL/BIG sebagai lembaga
resmi yang berwenang untuk membuat peta RBI. Standart teknis pemetaan ini
tertuang dalam berbagai SNI (Standart Nasional Indonesia) dalam bidang
informasi geografis. Standar teknis ini
digunakan untuk menyamakan segala hal dalam semua pembuatan peta RBI di seluruh
Indonesia dan untuk mengantisipasi segala hal yang tidak diinginkan.
Salah satu SNI mengatur Spesifikasi
Teknis Peta Rupabumi Indonesia yang tersedia dari peta RBI skala 1:10.000 hingga 1:250.000
seperti SNI
19-6502.2-2000
yang mengatur Spesifikasi
Teknis Peta Rupabumi Indonesia skala 1:25.000. Dalam spesifikasi Teknis Peta RBI di dalamnya
dijelaskan berbagai komponen yang menyangkut teknis dalam pembuatan peta RBI,
seperti proyeksi yang digunakan, grid, penomoran peta, simbolisasi, datum, dan
masih banyak lagi. Bahkan di bagian akhir dijelaskan sampai dengan proses
pencetakan peta RBI yang meliputi pewarnaan, ukuran kertas cetak, ukuran lembar
khusus, dan screen.
SNI yang lain mengatur
tentang Spesifikasi Penyajian Peta Rupa
Bumi Indonesia dari skala 1:25.000 hingga 1:250.000. Di dalamnya membahas segala hal tentang
penyajian peta RBI sedetail-detailnya. Meliputi unsur, simbol, dan
spesifikasinya; huruf yang digunakan untuk tema nama rupabumi; singkatan unsure
nama rupabumi; tata letak peta rupabumi; sistem penomoran lembar peta rupabumi.
Sebagai contoh pada SNI nomor 6502.3:2010 yang mengatur spesifiksi penyajian
peta skala 50.000 berbeda dengan SNI 6502.4:2010 yang mengatur spesifikasi peta
RBI skala 1:250.000.
0 komentar:
Posting Komentar