Pages

Senin, 24 Juni 2013

TUGAS PRAKTIKUM PEMROSESAN CITRA DIGITAL ACARA II TRANSFORMASI CITRA


1.      Bagaimana cara Anda menginterpretasi nilai-nilai indeks vegetasi?
Indeks vegetasi adalah salah satu parameter yang digunakan untuk menganalisa keadaan vegetasi dari suatu wilayah. Indeks tersebut mempunyai berbagai macam variasi algoritma. Indeks vegetasi merupakan metode transformasi citra berbasis data spektral yang banyak dimanfaatkan tidak hanya untuk pengamatan tumbuhan, tetapi juga telah dimodifikasi untuk berbagai keperluan seperti efek soil background dalam analisis vegetasi.
Indeks vegetasi merupakan nilai yang diperoleh dari gabungan beberapa spektral band spesifik dari citra penginderaan jauh. Gelombang indeks vegetasi diperoleh dari energi yang dipancarkan oleh vegetasi pada citra penginderaan jauh untuk menunjukkan ukuran kehidupan dan jumlah dari suatu tanaman. Tanaman memancarkan dan menyerap gelombang yang unik sehingga keadan ini dapat di hubungakan dengan pancaran gelombang dari objek-objek yang lain sehingga dapat di bedakan antara vegetasi dan objek selain vegetasi (Horning, 2004).
Hasil transformasi citra menghasilkan nilai indeks vegetasi (standart) uang bernilai -1 sampai dengan 1. Interpretasi obyek dapat dilakukan dengan melihat persebaran nilai nilai tersebut, dimana semakin menuju ke nilai 1, biasanya berarti ambang vegetasinya tinggi. Sedangkan nilai sekitar -1 dapat berarti obyek tersebut adalah air, nilai sekitar 0 dapat berarti obyek tersebut adalah tanah atau lahan terbangun. Namun yang perlu diingat disini adalah bahwa nilai indeks vegetasi tidak dapat diinterpretasi secara langsung, melainkan harus dicocokkan dengan informasi lapangan terlebih dahulu.


2.      Jelaskan efektivitas NDB/UI dalam membedakan lahan terbangun dan penutup lahan lainnya!
NDBI yang disebut juga Normalized Difference Built-up Index dan UI (Urban Index) merupakan indeks yang sangat sensitif terhadap lahan terbangun/lahan terbuka yang dikembangkan untuk menonjolkan kenampakan lahan terbangun dibandingkan dengan obyek yang lainnya. NDBI dibuat dengan tujuan untuk memudahkan pemetaan daerah urban melalui citra Landsat TM. Band 4 (NIR) pada satelit Landsat TM/ETM+ sangat sensitif untuk mendeteksi vegetasi, sedangkan reflektansi untuk lahan terbuka dan lahan terbangun sangat rendah. Band 5 (SWIR) pada citra satelit Landsat TM/ETM+ dapat mencerminkan kandungan kelembapan pada berbagai penggunaan tanah. Oleh karena itu NDBI memanfaatkan kedua band ini.
NDBI dan UI merupakan kebalikan dari NDVI. Dimana semakin tinggi nilai NDVI maka nilai NDBI dan UI nya akan semakin rendah. Bisa dianalogikan ketika suatu area banyak lahan terbangunnya, maka dapat dipastikan di sana akan sedikit mempunyai vegetasi. Begitu pula konsep yang dipegang oleh NDVI dan NDBI.
Pengurangan  NDBI dengan NDVI bertujuan agar hanya lahan terbangun yang mempunyai nilai positif. Meskipun demikian, karena indeks ini sangat tergantung komposisi landcover, level koreksi, dan kondisi perekaman citra, tidak selalu nilai positif berarti lahan terbangun.

3.      Jelaskan mengapa PCA hasilnya berbeda-beda saat jumlah input band ditambah atau dikurangi!
Analisis komponen utama (PCA) merupakan suatu teknik statistik untuk mengubah dari sebagian besar  variabel asli yang digunakan yang saling berkorelasi satu dengan yang lainnya menjadi satu set variabel baru yang lebih kecil dan saling bebas (tidak berkorelasi lagi). Jadi analisis komponen utama berguna untuk mereduksi data, sehingga lebih mudah untuk menginterpretasikan data-data tersebut (Johnson & Wichern, 1982). Analisis ini merupakan analisis antara dari suatu proses penelitian yang besar atau suatu awalan dari analisis berikutnya, bukan merupakan suatu analisis yang langsung berakhir. Misalnya komponen utama bisa merupakan masukan untuk regresi berganda atau analisis faktor.
Pada dasarnya, PCA mampu mereduksi jumlah band yang akan digunakan lebih lanjut. PCA lebih signifikan dipakai untuk citra hiperspektral daripada untuk citra multispektral. Klasifikasi pada citra multispektral menggunakan PCA tidak akan menambah informasi terlalu banyak. Sementara, jika digunakan pada citra hiperspektral yang notabene memiliki berpuluh-puluh saluran atau lebih, PCA mampu menyederhanakan informasi yang terkandung dalam beberapa saluran menjadi sekitar 3 saluran yang telah merangkum sebagian besar informasi lengkap dari saluran-saluran sebelumnya sesuai tujuan masing-masing.
Hasil dari PCA berupa PC, mulai PC1, PC2, dan seterusnya. Ini semacam saluran yang ada pada citra. Masing-masing PC memiliki karakter tersendiri. PC1 mengumpulkan info yang sama dari setiap saluran asal, maka informasi yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan PC lainnya. Dia tidak menambah kompleks, justru menggabungkan hal yang sama. PC2 juga dianggap sama, tapi memakai sumbu yang berbeda sehingga PC1 berseberangan dengan PC2, jika PC1 memiliki rona gelap maka PC2 memiliki rona terang, begitu pula sebaliknya. Sedangkan PC3 mengambil titik tengah dari keduanya. Sementara, PC4 biasanya tampak banyak noise atau gangguan karena hanya mengambil sisa-sisa informasi yang tidak digunakan pada PC sebelumnya.
Input PCA tidak harus memakai saluran atau band. Bisa juga memamakai indeks, semisal NDVI atau indeks normalisasi vegetasi. Yang penting, pengguna bisa menjelaskan mengapa dia memasukkan indeks tersebut. Penambahan 1 saluran pada PCA bisa mempengaruhi akurasi hasil.
Secara umum, transformasi PCA bertujuan mereduksi informasi dari komponen yang saling berkorelasi menjadi komponen tereduksi baru yang saling tidak berkorelasi. Output band band baru PCA berisi gabungan informasi dari seluruh band-band yang terkorelasi sebelumnya. Karakteristik paling baik dipegang oleh band pertama hasil PCA dan karakteristik paling jelek yang biasanya hanya berisi noise dipegang oleh band terakhir hasil dari PCA.
Penambahan dan pengurangan jumlah input band akan mempengaruhi hasil yang berbeda beda pada PCA. Meskipun jumlah output band bisa diatur oleh operator, namun karakteristik dari band input tetap diperhitungkan.Karakteristik dan korelasi antar band adalah hal yang paling utama dan mempengaruhi output band-band PCA. Pengaruh ini ditentukan oleh Factor Loading Analysis. Faktor ini dapat digunakan untuk mengetahui saluran mana saja yang berpengaruh terhadap PCA. Semakin kuat karakteristik band yang diinput maka noise yang dihasilkan semakin sedikit. Begitu pula sebaliknya.

4.      Bagaimana cara menggunakan indeks vegetasi dan indeks lahan terbangun dengan baik dan benar untuk pemetaan biofisik vegetasi maupun pemetaan karakteristik lahan terbangun?
Suatu indeks vegetasi maupun indeks lahan terbangun atau indeks yang lain hanya merupakan suatu nilai indeks. Nilai indeks belum bisa diinterpretasi secara pasti untuk mengetahui obyeknya sebelum indeks tersebut dicocokkan dengan informasi yang didapat dari lapangan. Dengan demikian kita perlu memperoleh informasi dari lapangan mengenai obyek yang dianalisis sebelum menentukan arti obyek dari transformasi yang kita lakukan.
Metode yang kedua adalah dengan melakukan density slice terhadap citra hasil transformasi. Density slice bertujuan agar citra dapat menampilkan dan menonjolkan obyek yang kita inginkan. Rentang density slice bisa diatur sesuai dengan kenampakan yang ada. Sebagai contoh pada transformasi indeks vegetasi, kita melakukan slicing pada rentang nilai 0,2-0,8 untuk vegetasi. Diharapkan pada rentang nilai itu, semua vegetasi dapat tercakup. Namun jika terdapat salah satu vegetasi yang belum masuk ke dalam gugus, kita bisa melebarkan range density slice yang kita lakukan. Begitu pula yang harus dikerjakan pada indeks lahan terbangun.

 6.      Berikan contoh aplikasi proses fusi citra!
Fusi merupakan sebuah teknik penggabungan dua data citra satelit, antara data citra satelit pankromatik (hitam-putih) dengan data citra satelit multispektral (berwarna). Teknik ini mengambil kelebihan dari data citra satelit pankromatik yang mempunyai resolusi spasial yang biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan resolusi spasial data citra satelit multispektral. Akan tetapi data citra satelit pankromatik mempunyai kelemahan yaitu citranya berwarna hitam-putih, sehingga untuk mendapatkan data citra satelit yang mempunyai resolusi spasial tinggi yang dipunyai oleh citra satelit pankromatik sekaligus mempunyai warna yang dipunyai oleh data citra satelit multispektral, maka dilakukanlah proses fusi citra ini.
Sebagai contohnya, data citra satelit pankromatik SPOT dengan resolusi spasial 2.5 meter dapat digabungkan dengan data citra satelit multispektral yang mempunyai resolusi spasial 10 meter, sehingga dihasilkan sebuah data citra satelit multispektral dengan resolusi spasial 2.5 meter. Fusi juga bisa dilakukan antara data citra satelit berbeda produk, contohnya kita bisa melakukan fusi antara data citra satelit Quickbird dengan SPOT, atau antara SAR dengan Landsat. Yang terpenting harus diperhatikan pada proses fusi ini adalah kedua citra satelit yang akan digunakan sudah sama-sama georeferenced, dalam artian semua data yang akan digunakan sudah memiliki proyeksi kebumian yang sama (UTM, Geographic, dll), dan kalaupun kedua citra tidak bergeoreferensi maka kedua citra harus mempunyai ukuran citra yang sama, area yang tercover benar-benar sama, dan ukuran pixel yang sama.
Di bawah ini merupakan salah satu contoh data hasil dari penggunaan teknik Fusi, dimana data citra satelit pankromatik merupakan data citra SPOT dengan resolusi spasial 10 meter yang digabungkan dengan data citra satelit multispektral dari Landsat dengan resolusi spasial 28 m.


Sebelah kiri : data citra satelit original dari Landsat dengan resolusi spasial 28 m
Sebelah kanan : data citra satelit multispektral hasil Fusi (dengan resolusi spasial 10 m)


Referensi:
Adiningsih, Erna Sri, dkk. 2004. Aplikasi Analisis Komponen Utama dalam Pemodelan Penduga Lengas Tanah dengan Data Satelit Multispektral. Jurnal Matematika dan Sains Vol. 9 No. 1, Maret 2004, hal 215 – 222
Arifin, Agus Zainal, dkk. Kompresi Citra Penginderaan Jauh Multispektral Berbasis Clustering dan Reduksi Spektral. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November


http://geogisforum.blogspot.com/2011/12/principal-component-analysis.html (Akses oleh Eni Susanti, 1 Mei 2013 pukul 18:45 WIB)
http://journal.fmipa.itb.ac.id/jms/article/view/147/143 (Akses oleh Eni Susanti, 1 Mei 2013 pukul 19:20 WIB)
http://www.ittvis.com/portals/0/tutorials/envi/TM_SPOT_Fusion.pdf (Akses oleh Eni Susanti, 1 Mei 2013 pukul 18:55 WIB)

0 komentar:

Posting Komentar

About

Blogger templates