Pages

Selasa, 17 Juli 2012

KKL 1 Geografi_Sejuta asa dan cinta

Kuliah Kerja Lapangan 1 fakultas Geografi UGM dilaksanakan pada tanggal 9-12 Juli 2012. KKL ini merupakan klimaks dari pencapaian tahun pertama kuliah (menurutku :D ). Sebagai seorang geograf, setidaknya kita telah diberi pondasi yang sangat luar biasa melalui KKL 1 ini dengan mengkaji bentang alam dan bentang budaya. Sebagaimana kita tahu, ilmu geografi merupakan ilmu yang mengkaji bumi secara horizontal, bukan vertikal. Bumi ditinjau dari segi keruangan bagi dari fisik maupun sosialnya (spatial approach).
Foto bareng 1 angkatan 2011 @taman Kyai Langgeng

Kelompok C2 ku + pembimbing

KKL dimulai dengan doktrin 10 prinsip KKL yang lumayan panjaang. Inti dari 10 prinsip tersebut adalah tentang bagaimana kita dalam melakukan survey wilayah, apa saja yang diamati, apa saja yang perlu dikaji, dan bagaimana kita menghubungkan satu fenomena dengan fenomena yang lainnya. Luar biasaa ..


Wilayah kajian KKL 1 ini adalah wilayah Jogjakarta dan Jawa Tengah yang bisa mewakilkan geomorfologi pulau Jawa. Pulau Jawa ini juga dibagi lagi menjadi tiga. yaitu zona selatan, tengah, dan utara.

Ini nih penjelasan tentang ketiga zona itu yang terangkum dalam "kesimpulan laporan KKL1" ku :)


1. Bentang Lahan Zona Selatan Jawa Tengah
            Proses yang terjadi pada zona Jawa Tengah bagian selatan adalah patahan dan pengangkatan yang menghasilkan bentuklahan struktural patahan dan juga bentuklahan karst. Bentuklahan patahan dapat dilihat di perbukitan Baturagung, sedangkan bentuklahan karst dapat dilihat di kompleks Gunung Sewu, Gunungkidul.
            Berdasarkan genesisnya, zona selatan Jawa tengah dibagi menjadi tiga ekosistem bentang lahan asal proses yang diamati, meliputi struktural, solusional, dan antropogenik. Batuan di zona Jawa Tengah bagian Selatan terdiri dari batugamping dengan batuan volkanis sebagai alasnya. Sifat volkan tersebut berasal dari gunungapi yang berumur 65 juta s.d. 1,8 juta tahun lalu atau berumur tersier (Delinom, 2008 dalam National Geographic Indonesia, 2009) yang berada di dasar laut.
            Bentang lahan solusional dimiliki oleh kompleks Gunung sewu yang merupakan bentuklahan karst. Fenomena ini diamati di titik Karst Bedoyo, daerah Semanu & Ponjong, Gunungkidul. Bentuklahan asal proses solusional merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses pelarutan pada batuan yang mudah larut, seperti batu gamping dan dolomite, karst menara, karst kerucut, doline, uvala, polye, goa karst, dan logva, merupakan contoh-contoh bentuklahan ini (Verstappen, 1983).
           Bentang lahan struktural patahan terlihat di perbukitan Baturagung yang diamati di titik jalan Prambanan-Piyungan. Bentuklahan struktural adalah semua bentuklahan yang disebabkan oleh adanya tenaga endogen yaitu tenaga yang berasal dari dalam bumi yang menyebabkan adanya tekanan pada lempeng/kerak bumi. Akibat adanya tekanan pada kerak bumi tersebut akan menimbulkan adanya lipatan atau patahan. Patahan terjadi apabila tenaga endogen tersebut melebihi besarnya daya tahan material tersebut. (Tim Pengajar Geomorfologi).
           Basin Wonosari juga merupakan bagian dari zona selatan Jawa Tengah. Bentulahan ini merupakan dataran cekung diantara atau dikelilingi dua perbukitan. Yaitu perbukitan Baturagung (struktural) di sebelah utara dan perbukitan Gunungsewu (karst) di sebelah selatan. Proses pembentukan basin diawali oleh adanya pengangkatan di zona selatan Jawa (Gunungsewu). Demikian juga terjadi pengangkatan di sebelah utara basin ini (perbukitan Baturagung). Alhasil daerah ini seloah olah berupa cekungan seperti piring yang dikelilingi perbukitan.
           Bentang lahan antropogenik dapat dilihat di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri. Mengapa antropogenik? Karena waduk ini hasil dari buatan manusia, bukan merupakan bentukan alami alam. Bentuklahan asal antropogenik (A), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas manusia. Waduk, kota, dan pelabuhan, merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan hasil proses antropogenik (Verstappen, 1983). Antropogenik merupakan proses atau akibat yang berkaitan dengan dengan aktivitas manusia. Sehingga bentuk lahan antropogenik dapat disebut sebagai bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas manusia. Aktivitas tersebut dapat berupa aktivitas yang telah disengaja dan direncanakan untuk membuat bentuk lahan yang baru dari bentuk lahan yang telah ada maupun aktivitas oleh manusia yang secara tidak sengaja telah merubah bentuk lahan yang telah ada. Bentuk lahan antropogenik dapat dibentuk dari bentuk-bentuk lahan yang telah ada.

2. Bentanglahan Transisi Zona Selatan dan Tengah Jawa Tengah
            Zona transisi selatan dan tengah Jawa Tengah ditandai dengan adanya intrusi diorit. Intrusi diorit ini merupakan hasil proses struktural dan vulkanis. Lokasi pengamatan berada di Gunung Tenong. Pada zona peralihan ini, karakteristik yang ada merupakan campuran dari dua bentuklahan tersebut, sehingga banyak dijumpai sebaran batu volkanis dan rombakannya. Perubahan morfologi yang kontras dari perbukitan curam dan dataran alluvial di bawahnya juga menjadi bukti bahwa di daerah ini dulunya juga merupakan daerah patahan.
            Intrusi dangkal Gunung Tenong terjadi saat tekanan di dalam magma yang membenuk lava mancur semakin lemah, maka magma akan mengalir ke luar membentuk aliran lava. Magma yang kental pada saat keluar ke permukaan hanya terakumulasi hingga membentuk kubah lava, artinya magma tidak membentuk aliran lava (Sutikno, 2001).
            Gunung Tenong merupakan bentangalam yang terbentuk dari proses tipikal dari dua zona. Singkapan batuan dengan kenampakkan berupa bukit kerucut terisolir ini bertekstur porfiritik terdiri atas fenokris berukuran kasar hingga sedang dan mengandung kuarsa (Sukaman, 2005). Bukit ini terbentuk dari bahan volkanik berumur Miosen bawah. Batuan penyusunnya tuff masam atau acid tuff yang mengkristal dengan ukuran besar. Kristal tersebut menunjukkan pengendapan dalam keadaan panas. Tuff ini mengandung calcium carbonate sekunder (Tim Fakultas Geografi UGM, 1996).

3. Bentanglahan Zona Tengah Jawa Tengah
            Zona tengah Jawa bagian tengah didominasi oleh bentang lahan vulkanis.  Seperti di Jawa Timur zona ini ditempati oleh depresi yang diisi oleh endapan vulkanik muda. Sifat geologisnya hanya dapat dilihat dari Jawa Tengah dan Jawa Barat. Gerakan orogenesa miosen tengah dan miosen muda sangat kuat (terkuat) di zona ini dan sering menyebabkan lipatan menjungkir atau membentuk struktur yang menjorok.
            Proses vulkanik yang mendominasi dapat dibuktikan dengan adanya jajaran gunung api yang memanjang di seluruh pulau Jawa bagian tengah, antar lain Gunung Merapi, Merbabu, Slamet, Dieng, Sindoro, Sumbing, dan masih banyak lagi.Yang termasuk ke dalam bentang lahan Zona tengah Jawa Tengah adalah bentang lahan asal proses vulkanis, fluvial, dan juga antropogenik.
            Bentang lahan vulkanis yang diamati dimiliki oleh Gunung Ungaran, Rawa Pening, dan aliran lahar di Sungai Putih Bentang lahan vulkanik merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas gunung api. Contoh bentuklahan ini antara lain: kerucut gunungapi, madan lava, kawah, dan kaldera (Verstappen, 1983). Vulkanisme adalah semua fenomena yang berkaitan dengan proses gerakan magma dari dalam bumi menuju ke permukaan bumi yang menghasilkan bentukan vulkanik. Proses vulkanisme tersebut dipengaruhi oleh keberadaan magma di dalam bumi yang bersifat dinamis, terus bergerak selama bumi masih berputar. Gerakan magma ini dari pusat bumi naik mendesak kerak bagian atas, membentuk igir baik yang terjadi di daratan maupun di lautan. Apabila proses terjadi di tengah laut maka akan membentuk igir tengah laut yang membentuk beberapa jalur gunung api di dasar laut seperti pada beberapa jalur gunung api di permukaan bumi (Tim Pengajar geomorfologi).
           Bentang lahan fluvial berada di Lembah Bengawan Solo, dan juga Lembah Sungai Progo. Bentuklahan asal fluvial, merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas sungai. Dataran banjir, rawa belakang, teras sungai, dan tanggul alam merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan ini (Verstappen, 1983).Menurut tim dosen pengajar Geomorfologi UGM, bentuklahan asal proses fluvial adalah semua bentuklahan yang terjadi akibat adanya proses aliran air baik yang terkonsentrasi yang berupa aliran sungai maupun yang tidak terkonsentrasi yang berupa limpasan permukaan. Akibat adanya aliran air tersebut maka akan terjadi mekanisme proses erosi, transportasi, dan sedimentasi.
            Ada juga, bentang lahan antropogenik di zona tengah, yaitu kawasan Industri Ungaran. Daerah ini sekarang sudah berkembang sebagai kawasan industri yang berada di kaki Gunung Ungaran. Ketersediaan air tanah yang berlimpah sangat mendukung perkembangan wilayah ini. Selain itu, kawasan industri Ungaran juga bebas dari ancaman banjir rob, yang sering terjadi di kawasan industri Semarang.

4. Bentanglahan Transisi Zona Tengah dan Utara Jawa Tengah
            Zona transisi tengah dan utara Jawa Tengah dicirikan oleh proses diapirisme. Proses diapirisme ialah proses lipatan dari dalam bumi yang local dan permukaannya bersifat plastis yang diakibatkan oleh tekanan topografi dari derah sekitranya. Menurut Lapan proses diapirisme adalah proses menerobosnya materi dari bagian kerak sebuah planet ke permukaannya, biasanya ini menghasilkan gejala gunung lumpur (mud volcano).
            Seperti itu jugalah yang terjadi di lokasi pengamatan, yaitu di kubah sangiran. Sangiran terletak di utara Gunung Lawu dan di sebelah selatan Perbukitan Kendeng dan Rembang. Gunung lawu yang besar dan mempunyai masa yang besar memberikan tekanan yang kuat ke utara. Sedangkan pernbukitan Kendeng dan Rembang juga melakukan tekanan ke selatan. Dengan keadaan seperti itu, kedua tekanan tersebut bertemu pada satu titik dan melakukan dorongan ke atas. Tetapi karena material atasnya berupa tanah lempung, maka dorongan dari bawah tersebut hanya membentuk cembungan atau dome. Sehingga, saat ini banyak ditemui dome dome hasil proses tersebut di utara gunung Lawu, salah satunya Kubah sangiran ini. Kubah Sangiran tersusun atas beberapa formasi batuan, yaitu formasi kalibeng, formasi pucangan, formasi kabuh, formasi Notopuro, dan yang paling atas adalah Teras Solo.

5. Bentang Lahan Zona Utara Jawa Tengah
            Zona utara Jawa Tengah didominasi oleh proses struktural lipatan. Terdiri dari rangkaian gunung lipatan berupa bukit-bukit rendah atau pegunungan dan diselingi oleh beberapa gunung-gunung api. Dan ini biasanya  berbatasan dengan dataran aluvial.Lipatan yang lebih tua terjadi sejak dari periode miosen atas. Lipatan ini nampak lebih jelas dari zona tengah tetapi juga dapat dilihat di zona utara dari Jawa tengah. Di lain tempat pengendapan bahkan mungkin berlangsung selama periode miosen tengah.
            Di sebelah utara igir Pegunungan Kendeng di Jawa Timur, terdapat jalur yang tidak mempunyai lanjutan di Jawa Tengah dan di Jawa Barat tetapi bagian ini memanjang ke timur ke Madura. Bagian yang terdapat di bagian sebelah utara igir Pegunungan Kendeng ini disebut Perbukitan Rembang. Di daerah ini lapisan neogen jauh lebih tipis daripada di Pegunungan Kendeng dan terdiri sebagian dari batuan kapur. Zona ini terletak di sebelah utara dari poros geosinklinal neogen, membentuk daerah peralihan antara masa dataran yang sekarang ditempati oleh Laut Jawa yang terjadi pada zaman miosen dengan poros Pegunungan Kendeng itu sendiri. Beberapa pengendapan berjalan terus selama periode atau bagian dari era pleistosen, selama mana gerakan lipatan sedikit mengakhiri pengendapan.
            Bentang lahan yang mendominasi di zona ini adalah bentang lahan asal proses struktural lipatan, proses marine, dan juga proses antropogenik.
            Bentang lahan asal proses struktural lipatan dapat dilihat di perbukitan antiklinal Gundih, di Lembah Jono yang mempuyai air tanah asin, dan juga di beldug Kuwu dengan fenomena semburan lumpurnya. Bentuklahan asal proses struktural, merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat struktur geologis. Pegunungan lipatan, pegunungan patahan, perbukitan, dan kubah, merupakan contoh-contoh untuk bentuklahan asal struktural. (Verstappen, 1983).
Bentuklahan struktural adalah semua bentuklahan yang disebabkan oleh adanya tenaga endogen yaitu tenaga yang berasal dari dalam bumi yang menyebabkan adanya tekanan pada lempeng/kerak bumi. Akibat adanya tekanan pada kerak bumi tersebut akan menimbulkan adanya lipatan atau patahan. Lipatan terjadi apabila tenaga endogen tersebut tidak melebihi daya tahan material terhadap adanya tekanan (Tim Pengajar Geomorfologi). Namun bentukan di lembah Jono dan Bledug Kuwu masih dipengaruhi oleh proses diapirisme. Jika di Gundih merupakan bentukan antiklinal, maka Lembah Jono dan Bledug Kuwu merupakan bentukan sinklinal, sehingga biasa disebut Sinklinorium Randublatung.
            Bentang lahan asal proses marine dapat dilihat di Paleogeomorfologi selat Demak dan juga Banjir Kanal Timur, Semarang. Bentuklahan asal proses marine  merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses laut oleh tenaga gelombang, arus, dan pasang-surut. Contoh satuan bentuklahan ini adalah: gisik pantai (beach), bura (spit), tombolo, laguna, dan beting gisik (beach ridge). Karena kebanyakan sungai dapat dikatakan bermuara ke laut, maka seringkali terjadi bentuklahan yang terjadi akibat kombinasi proses fluvial dan proses marine. Kombinasi ini disebut proses fluvio-marine. Contoh-contoh satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses fluvio marine ini antara lain delta dan estuary (Verstappen, 1983). Bentuklahan asal proses marin adalah semua bentuklahan yang dihasilkan oleh aktivitas laut yaitu oleh adanya gelombang dan arus laut. Bentukan bisa berupa bentukan erosional maupun deposisional. Bentukan erosional terjadi apabila aktivitas gelombang atau arus tersebut mampu mengikis dan mengangkut material tersebut dan jika terendapkan akan  membentuk bentukan depoposional (Tim Pengajar Geomorfologi).
            Bentang lahan asal proses antropogenik dimiliki oleh pantai Marina. Pantai ini walaupun merupakan bentukan alam, namun sebagian besar prosesnya adalah rekayasa manusia. Pantai ini disebut sebagai pantai antropogenik karena pembuatan pantai ini tidak alami, yaitu dengan cara reklamasi atau penimbunan rawa. Proses reklamasi ini sangat mengganggu arus laut. Akibatnya erosi laut atau abrasi juga terjadi semakin intensif karena tanah yang menjorok ke laut tak terlindungi dari deburan ombak. Namun peranan dan fungsi reklamasi sebetulnya sangat banyak. Diantaranya, tanah hasil pengurukan dapat difungsikan sebagai kawasan perumahan maupun industri. Selain itu reklamasi di sebelah Barat pantai Marina menyebabkan arus yang sampai di bibir pantai tidak terlalu besar, air terlihat lebih tenang.


hohoho .. sangat kompleks. Seorang geograf bisa  terpana melihat bentukan muka bumi yang mungkin dianggap orang awam (non geografi) hanya biasa2 saja. Sama seperti saya dulu. Rasanya acuh tak acuh sekali melihat lingkungan sekitar. namun setelah mendapatkan pembelajaran di fakultas tercinta ini, aku mulai terbiasa mengamati hal2 kecil di sekitarku yang menyimpan banyak fenomena alam. Aku juga semakin mantab memandang geografi jauh ke depan, semakin mantab kuliah di Geografi. geografi tidak hanya mengkaji bumi saja, tetapi juga mengkaji masalah lingkungan di dalamnya.

Okee .. para dosen KKL satu juga gak kalah seru lohh.. Mereka meberikan ilmu yang sangat luar biasa dengan dibalut lelucon yang tak kalah serunya. Para dosen itu  jauh berbeda dengan keadaan mereka ketika di kelas. Di lapangan ini, dosen dan mahasiswa terasa lebih friendly dan tidak canggung. Dengan keadaan seperti itu, tak heran jika ilmu yang didapat juga lebih mudah masuk ke otak, daripada hanya berdiam diri, mendengarkan, dan mencatat, tanpa diselingi oleh "guyonan'.

pose pak dosen :)


hahaha .. memberi dan menerima dari belakang

Ini ada beberapa kesan dari teman2 ku tentang KKL 1 (pemenang buku dari pak Luthfi):

- Stella swastika
KKL 1 bagi adalah honeymoon yg indah bagi saya dan jawa bagian tengah. Melalui kkl sy lebih paham apa sih yang dimaksud bentanglahan, bagaimana kompleksitanya di lapangan, dan potensi serta permasalahan apa saja yang dihadapi tiap wilayah. Rute yang yang palin menarik bagi saya adalah zona tengah jawa bagian utara. Jalan yang naik turun (seperti harga cabai di pasaran hehe intermezo) itu sangat fuantastik sekalii. Seperti main game online, seakan2 bisnya bisa terbang. Selain itu fenomena seperti sawah tadah hujan (pertanian lahan kering) di sepanjang jalan yang saya tidak tahu sudah berapa jam dan berapa km melambai2 di tepi jalan (maaf lebai) sungguh membuka hati saya begitu Allah adalah Maha Pencipta dan Pemberi Rizki. Selalu ada jalan bagi yang berusaha, kata2 itu sgt cocok bagi penduduk di daerah tersebut. Melalui kkl ini saya lebih bisa memahami keterkaitan alam dengan kependudukan, kependudukan dengan perekonomian, lalu perekonomian dengan pembangunan suatu daerah, Misalnya Kudus dengan ketersediaan alamnya yang cocok untuk pertanian tembakau, lalu jumlah penduduknya struktur demografisnya untuk pemenuhan tenaga kerja yang dibutuhkan bagi industri2 industri rokok di Kudus, serta letaknya yang strategis dekat dengan daerah marketnya di wilayah lain, dan keterkaitan perekonomiannya dengan Semarang ternyata telah membuat Kudus tumbuh dan berkembang dengan pesat di dalam pembangunannya. Pokoknya KKL ini adalah sweet honeymoon saya dgn bentangalam, teman2 keluarga geografi yang kece2 ilmu kegeografiaannya dan para Ibu Bapak Dosen yang telah mengudara bersama kami beserta canda guraunya yang selalu membuat saya "ngakak" selama KKL I. Saran saya untuk KKL tahun depan untuk angkatan 2012 semoga tambah joss lagi dan untuk urusan sholat semoga tidak terlalu molor sama semoga untuk penginapan di daerah bandungan bisa dipilihkan yang tidak ngeri...karena sesuatu sekali Pak di sana. Caayyyoo!! SWEET HONEYMOON ^_* 

- Sri Lestari
KKL 1 menurut saya adalah puncak dari ilmu yang kami pelajari selama tahun pertama mulai dari ilmu - ilmu yang berkode GKP, GPW, maupun GEL....sehingga ilmu yang saya pelajari bukan hanya berakhir pada hapalan teori dan secarik kertas ujian namun dapat saya aplikasikan dalam fenomena - fenomena yang ada di sekitar kita. Hal ini membuat saya sadar akan ilmu yang sangat berharga yang saya dapatkan selama berkuliah di Fakultas Geografi ini, "SADAR LINGKUNGAN" itulah inti dari KKL 1 yang saya dapatkan.  selama mengikuti KKL 1 ini, saya merasa sangat terhibur dengan candaan - candaan yang diberikan oleh para dosen agar dapat memeriahkan suasana, akan tetapi bapak ibu yang terhormat, saya menyarankan agar dalam bercanda secukupnya saja, karena dosen adalah sosok yang menjadi suri tauladan bagi mahasiswanya, sedekat apapun mahasiswa dan dosennya, tetaplah harus ada etika yang membatasi keduanya agar seorang mahasiswa tidak "nglunjak" kepada dosennya. Akan tetapi berkat KKL 1 ini saya merasakan kekeluargaan yang erat di Lingkup Geografi dan juga sebaiknya waktu di setiap spot lebih lama agar lebih paham, hehe ... terima kasih maaf kalau ada kata-kata saya yang salah...Jaya Geografi !!! 

akhir kata JAYA GEOGRAFI, SEMANGAT MEMBUMI ..

0 komentar:

Posting Komentar

About

Blogger templates