Kuliah Kerja Lapangan 1 fakultas Geografi UGM dilaksanakan pada tanggal 9-12 Juli 2012. KKL ini merupakan klimaks dari pencapaian tahun pertama kuliah (menurutku :D ). Sebagai seorang geograf, setidaknya kita telah diberi pondasi yang sangat luar biasa melalui KKL 1 ini dengan mengkaji bentang alam dan bentang budaya. Sebagaimana kita tahu, ilmu geografi merupakan ilmu yang mengkaji bumi secara horizontal, bukan vertikal. Bumi ditinjau dari segi keruangan bagi dari fisik maupun sosialnya (spatial approach).
![]() |
Foto bareng 1 angkatan 2011 @taman Kyai Langgeng |
![]() |
Kelompok C2 ku + pembimbing |
KKL dimulai dengan doktrin 10 prinsip KKL yang lumayan panjaang. Inti dari 10 prinsip tersebut adalah tentang bagaimana kita dalam melakukan survey wilayah, apa saja yang diamati, apa saja yang perlu dikaji, dan bagaimana kita menghubungkan satu fenomena dengan fenomena yang lainnya. Luar biasaa ..
Wilayah kajian KKL 1 ini adalah wilayah Jogjakarta dan Jawa Tengah yang bisa mewakilkan geomorfologi pulau Jawa. Pulau Jawa ini juga dibagi lagi menjadi tiga. yaitu zona selatan, tengah, dan utara.
Ini nih penjelasan tentang ketiga zona itu yang terangkum dalam "kesimpulan laporan KKL1" ku :)
1. Bentang Lahan Zona Selatan Jawa Tengah
Proses
yang terjadi pada zona Jawa Tengah bagian selatan adalah patahan dan
pengangkatan yang menghasilkan bentuklahan struktural patahan dan juga bentuklahan
karst. Bentuklahan patahan dapat dilihat di perbukitan Baturagung, sedangkan
bentuklahan karst dapat dilihat di kompleks Gunung Sewu, Gunungkidul.
Berdasarkan genesisnya, zona selatan
Jawa tengah dibagi menjadi tiga ekosistem bentang lahan asal proses yang
diamati, meliputi struktural, solusional, dan antropogenik. Batuan di zona Jawa Tengah bagian Selatan terdiri
dari batugamping dengan batuan volkanis sebagai alasnya. Sifat volkan tersebut
berasal dari gunungapi yang berumur 65 juta s.d. 1,8 juta tahun lalu atau
berumur tersier (Delinom, 2008 dalam National Geographic Indonesia, 2009) yang
berada di dasar laut.
Bentang
lahan solusional dimiliki oleh kompleks Gunung sewu yang merupakan bentuklahan
karst. Fenomena ini diamati di titik Karst Bedoyo, daerah Semanu & Ponjong,
Gunungkidul. Bentuklahan asal proses solusional merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat proses pelarutan pada batuan yang mudah larut,
seperti batu gamping dan dolomite, karst menara, karst kerucut, doline, uvala,
polye, goa karst, dan logva, merupakan contoh-contoh bentuklahan ini
(Verstappen, 1983).
Bentang lahan struktural patahan
terlihat di perbukitan Baturagung yang diamati di titik jalan
Prambanan-Piyungan. Bentuklahan struktural adalah semua bentuklahan yang disebabkan oleh
adanya tenaga endogen yaitu tenaga yang berasal dari dalam bumi yang
menyebabkan adanya tekanan pada lempeng/kerak bumi. Akibat adanya tekanan pada
kerak bumi tersebut akan menimbulkan adanya lipatan atau patahan. Patahan
terjadi apabila tenaga endogen tersebut melebihi besarnya daya tahan material
tersebut. (Tim Pengajar Geomorfologi).
Basin Wonosari juga merupakan bagian
dari zona selatan Jawa Tengah. Bentulahan ini merupakan dataran cekung
diantara atau dikelilingi dua perbukitan. Yaitu perbukitan Baturagung
(struktural) di sebelah utara dan perbukitan Gunungsewu (karst) di sebelah
selatan. Proses pembentukan basin diawali oleh adanya pengangkatan di zona
selatan Jawa (Gunungsewu).
Demikian juga terjadi pengangkatan di sebelah utara basin ini (perbukitan
Baturagung). Alhasil daerah ini seloah olah berupa cekungan seperti piring yang
dikelilingi perbukitan.
Bentang lahan antropogenik dapat
dilihat di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri. Mengapa antropogenik? Karena waduk ini
hasil dari buatan manusia, bukan merupakan bentukan alami alam. Bentuklahan
asal antropogenik (A), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi
akibat aktivitas manusia. Waduk, kota, dan pelabuhan, merupakan contoh-contoh
satuan bentuklahan hasil proses antropogenik (Verstappen, 1983). Antropogenik
merupakan proses atau akibat yang berkaitan dengan dengan aktivitas manusia.
Sehingga bentuk lahan antropogenik dapat disebut sebagai bentuk lahan yang
terjadi akibat aktivitas manusia. Aktivitas tersebut dapat berupa aktivitas
yang telah disengaja dan direncanakan untuk membuat bentuk lahan yang baru dari
bentuk lahan yang telah ada maupun aktivitas oleh manusia yang secara tidak
sengaja telah merubah bentuk lahan yang telah ada. Bentuk lahan antropogenik
dapat dibentuk dari bentuk-bentuk lahan yang telah ada.
2. Bentanglahan Transisi Zona
Selatan dan Tengah Jawa Tengah
Zona
transisi selatan dan tengah Jawa Tengah ditandai dengan adanya intrusi diorit.
Intrusi diorit ini merupakan hasil proses struktural dan vulkanis. Lokasi
pengamatan berada di Gunung Tenong. Pada zona peralihan ini,
karakteristik yang ada merupakan campuran dari dua bentuklahan tersebut, sehingga banyak dijumpai sebaran batu
volkanis dan rombakannya. Perubahan morfologi yang kontras dari
perbukitan curam dan dataran alluvial di bawahnya juga menjadi bukti bahwa di
daerah ini dulunya juga merupakan daerah patahan.
Intrusi
dangkal Gunung Tenong terjadi saat tekanan di dalam magma yang membenuk lava
mancur semakin lemah, maka magma akan mengalir ke luar membentuk aliran lava.
Magma yang kental pada saat keluar ke permukaan hanya terakumulasi hingga
membentuk kubah lava, artinya magma tidak membentuk aliran lava (Sutikno,
2001).
Gunung
Tenong merupakan bentangalam yang terbentuk dari proses tipikal dari dua zona.
Singkapan batuan dengan kenampakkan berupa bukit kerucut terisolir ini
bertekstur porfiritik terdiri atas fenokris berukuran kasar hingga sedang
dan mengandung kuarsa (Sukaman, 2005). Bukit ini terbentuk dari bahan volkanik
berumur Miosen bawah. Batuan penyusunnya tuff masam atau acid tuff yang mengkristal dengan ukuran besar. Kristal tersebut
menunjukkan pengendapan dalam keadaan panas. Tuff ini mengandung calcium
carbonate sekunder (Tim Fakultas
Geografi UGM, 1996).
3. Bentanglahan Zona Tengah Jawa Tengah
Zona tengah Jawa bagian tengah didominasi
oleh bentang lahan vulkanis. Seperti di Jawa Timur zona ini ditempati oleh depresi yang diisi
oleh endapan vulkanik muda. Sifat geologisnya hanya dapat dilihat dari Jawa
Tengah dan Jawa Barat. Gerakan orogenesa miosen tengah dan miosen muda sangat
kuat (terkuat) di zona ini dan sering menyebabkan lipatan menjungkir atau
membentuk struktur yang menjorok.
Proses vulkanik yang mendominasi
dapat dibuktikan dengan adanya jajaran gunung api yang memanjang di seluruh
pulau Jawa bagian tengah, antar lain Gunung Merapi, Merbabu, Slamet, Dieng,
Sindoro, Sumbing, dan masih banyak lagi.Yang termasuk ke dalam bentang lahan Zona tengah Jawa Tengah adalah bentang
lahan asal proses vulkanis, fluvial, dan juga antropogenik.
Bentang
lahan vulkanis yang diamati dimiliki oleh Gunung
Ungaran, Rawa Pening, dan aliran lahar di Sungai Putih Bentang lahan
vulkanik merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat
aktivitas gunung api. Contoh bentuklahan ini antara lain: kerucut gunungapi,
madan lava, kawah, dan kaldera (Verstappen, 1983). Vulkanisme adalah semua fenomena
yang berkaitan dengan proses gerakan magma dari dalam bumi menuju ke permukaan
bumi yang menghasilkan bentukan vulkanik. Proses vulkanisme tersebut
dipengaruhi oleh keberadaan magma di dalam bumi yang bersifat dinamis, terus
bergerak selama bumi masih berputar. Gerakan magma ini dari pusat bumi naik
mendesak kerak bagian atas, membentuk igir baik yang terjadi di daratan maupun
di lautan. Apabila proses terjadi di tengah laut maka akan membentuk igir
tengah laut yang membentuk beberapa jalur gunung api di dasar laut seperti pada
beberapa jalur gunung api di permukaan bumi (Tim Pengajar geomorfologi).
Bentang
lahan fluvial berada di Lembah Bengawan Solo, dan juga Lembah Sungai Progo. Bentuklahan
asal fluvial, merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi
akibat aktivitas sungai. Dataran banjir, rawa belakang, teras
sungai, dan tanggul alam merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan ini (Verstappen, 1983).Menurut tim dosen pengajar
Geomorfologi UGM, bentuklahan asal proses fluvial adalah semua bentuklahan yang
terjadi akibat adanya proses aliran air baik yang terkonsentrasi yang berupa aliran
sungai maupun yang tidak terkonsentrasi yang berupa limpasan permukaan. Akibat
adanya aliran air tersebut maka akan terjadi mekanisme proses erosi,
transportasi, dan sedimentasi.
Ada juga, bentang lahan antropogenik
di zona tengah, yaitu kawasan Industri Ungaran. Daerah ini sekarang sudah
berkembang sebagai kawasan industri yang berada di kaki Gunung Ungaran.
Ketersediaan air tanah yang berlimpah sangat mendukung perkembangan wilayah
ini. Selain itu, kawasan industri Ungaran juga bebas dari ancaman banjir rob,
yang sering terjadi di kawasan industri Semarang.
4. Bentanglahan Transisi Zona Tengah dan Utara Jawa Tengah
Zona
transisi tengah dan utara Jawa Tengah dicirikan oleh proses diapirisme. Proses
diapirisme ialah proses lipatan dari dalam bumi yang local dan permukaannya
bersifat plastis yang diakibatkan oleh tekanan topografi dari derah sekitranya.
Menurut Lapan proses diapirisme adalah proses menerobosnya materi dari bagian kerak sebuah planet ke
permukaannya, biasanya ini menghasilkan gejala gunung lumpur (mud volcano).
Seperti itu jugalah yang terjadi di lokasi pengamatan, yaitu di kubah
sangiran. Sangiran terletak di utara Gunung Lawu dan di sebelah selatan
Perbukitan Kendeng dan Rembang. Gunung lawu yang besar dan mempunyai masa yang
besar memberikan tekanan yang kuat ke utara. Sedangkan pernbukitan Kendeng dan
Rembang juga melakukan tekanan ke selatan. Dengan keadaan seperti itu, kedua
tekanan tersebut bertemu pada satu titik dan melakukan dorongan ke atas. Tetapi
karena material atasnya berupa tanah lempung, maka dorongan dari bawah tersebut
hanya membentuk cembungan atau dome. Sehingga, saat ini banyak ditemui dome
dome hasil proses tersebut di utara gunung Lawu, salah satunya Kubah sangiran
ini. Kubah Sangiran tersusun atas
beberapa formasi batuan, yaitu formasi kalibeng, formasi pucangan, formasi
kabuh, formasi Notopuro, dan yang paling atas adalah Teras Solo.
5. Bentang Lahan Zona Utara Jawa Tengah
Zona utara Jawa Tengah didominasi
oleh proses struktural lipatan. Terdiri dari rangkaian gunung lipatan
berupa bukit-bukit rendah atau pegunungan dan diselingi oleh beberapa
gunung-gunung api. Dan ini biasanya berbatasan dengan dataran aluvial.Lipatan yang lebih tua terjadi sejak dari periode miosen
atas. Lipatan ini nampak lebih jelas dari zona tengah tetapi juga dapat dilihat
di zona utara dari Jawa tengah. Di lain tempat pengendapan
bahkan mungkin berlangsung selama periode miosen tengah.
Di
sebelah utara igir Pegunungan Kendeng di Jawa Timur, terdapat jalur yang tidak
mempunyai lanjutan di Jawa Tengah dan di Jawa Barat tetapi bagian ini memanjang
ke timur ke Madura. Bagian yang terdapat di bagian sebelah utara igir
Pegunungan Kendeng ini disebut Perbukitan Rembang. Di
daerah ini lapisan neogen jauh lebih tipis daripada di Pegunungan Kendeng dan
terdiri sebagian dari batuan kapur. Zona ini terletak di sebelah utara dari
poros geosinklinal neogen, membentuk daerah peralihan antara masa dataran yang
sekarang ditempati oleh Laut Jawa yang terjadi pada zaman miosen dengan poros
Pegunungan Kendeng itu sendiri. Beberapa pengendapan berjalan terus selama
periode atau bagian dari era pleistosen, selama mana gerakan lipatan sedikit
mengakhiri pengendapan.
Bentang lahan yang mendominasi di
zona ini adalah bentang lahan asal proses struktural lipatan, proses marine,
dan juga proses antropogenik.
Bentang lahan asal proses struktural
lipatan dapat dilihat di perbukitan antiklinal Gundih, di Lembah Jono yang
mempuyai air tanah asin, dan juga di beldug Kuwu dengan fenomena semburan
lumpurnya. Bentuklahan asal proses struktural, merupakan kelompok besar
satuan bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat struktur geologis.
Pegunungan lipatan, pegunungan patahan, perbukitan, dan kubah, merupakan
contoh-contoh untuk bentuklahan asal struktural. (Verstappen, 1983).
Bentuklahan struktural
adalah semua bentuklahan yang disebabkan oleh adanya tenaga endogen yaitu
tenaga yang berasal dari dalam bumi yang menyebabkan adanya tekanan pada
lempeng/kerak bumi. Akibat adanya tekanan pada kerak bumi tersebut akan
menimbulkan adanya lipatan atau patahan. Lipatan terjadi apabila tenaga endogen
tersebut tidak melebihi daya tahan material terhadap adanya tekanan (Tim
Pengajar Geomorfologi). Namun bentukan di lembah Jono dan Bledug Kuwu masih
dipengaruhi oleh proses diapirisme. Jika di Gundih merupakan bentukan
antiklinal, maka Lembah Jono dan Bledug Kuwu merupakan bentukan sinklinal,
sehingga biasa disebut Sinklinorium Randublatung.
Bentang
lahan asal proses marine dapat dilihat di Paleogeomorfologi selat Demak dan
juga Banjir Kanal Timur, Semarang. Bentuklahan asal proses marine merupakan
kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses laut oleh tenaga
gelombang, arus, dan pasang-surut. Contoh satuan bentuklahan ini adalah: gisik
pantai (beach), bura (spit), tombolo, laguna, dan beting gisik (beach ridge).
Karena kebanyakan sungai dapat dikatakan bermuara ke laut, maka seringkali
terjadi bentuklahan yang terjadi akibat kombinasi proses fluvial dan proses
marine. Kombinasi ini disebut proses fluvio-marine. Contoh-contoh satuan
bentuklahan yang terjadi akibat proses fluvio marine ini antara lain delta dan
estuary (Verstappen, 1983). Bentuklahan asal proses marin adalah semua bentuklahan yang dihasilkan
oleh aktivitas laut yaitu oleh adanya gelombang dan arus laut. Bentukan bisa
berupa bentukan erosional maupun deposisional. Bentukan erosional terjadi
apabila aktivitas gelombang atau arus tersebut mampu mengikis dan mengangkut
material tersebut dan jika terendapkan akan
membentuk bentukan depoposional (Tim Pengajar Geomorfologi).
Bentang
lahan asal proses antropogenik dimiliki oleh pantai Marina. Pantai ini walaupun
merupakan bentukan alam, namun sebagian besar prosesnya adalah rekayasa
manusia. Pantai ini disebut sebagai pantai antropogenik karena
pembuatan pantai ini tidak alami, yaitu dengan cara reklamasi atau penimbunan
rawa. Proses reklamasi ini sangat mengganggu arus laut. Akibatnya erosi laut
atau abrasi juga terjadi semakin intensif karena tanah yang menjorok ke laut
tak terlindungi dari deburan ombak. Namun peranan dan fungsi reklamasi
sebetulnya sangat banyak. Diantaranya, tanah hasil pengurukan dapat difungsikan
sebagai kawasan perumahan maupun industri. Selain itu reklamasi di sebelah Barat
pantai Marina menyebabkan arus yang sampai di bibir pantai tidak terlalu besar,
air terlihat lebih tenang.
hohoho .. sangat kompleks. Seorang geograf bisa terpana melihat bentukan muka bumi yang mungkin dianggap orang awam (non geografi) hanya biasa2 saja. Sama seperti saya dulu. Rasanya acuh tak acuh sekali melihat lingkungan sekitar. namun setelah mendapatkan pembelajaran di fakultas tercinta ini, aku mulai terbiasa mengamati hal2 kecil di sekitarku yang menyimpan banyak fenomena alam. Aku juga semakin mantab memandang geografi jauh ke depan, semakin mantab kuliah di Geografi. geografi tidak hanya mengkaji bumi saja, tetapi juga mengkaji masalah lingkungan di dalamnya.
Okee .. para dosen KKL satu juga gak kalah seru lohh.. Mereka meberikan ilmu yang sangat luar biasa dengan dibalut lelucon yang tak kalah serunya. Para dosen itu jauh berbeda dengan keadaan mereka ketika di kelas. Di lapangan ini, dosen dan mahasiswa terasa lebih friendly dan tidak canggung. Dengan keadaan seperti itu, tak heran jika ilmu yang didapat juga lebih mudah masuk ke otak, daripada hanya berdiam diri, mendengarkan, dan mencatat, tanpa diselingi oleh "guyonan'.
![]() |
pose pak dosen :) |
![]() |
hahaha .. memberi dan menerima dari belakang |
Ini ada beberapa kesan dari teman2 ku tentang KKL 1 (pemenang buku dari pak Luthfi):
- Stella swastika
KKL 1 bagi adalah honeymoon yg indah bagi saya dan jawa bagian tengah. Melalui kkl sy lebih paham apa sih yang dimaksud bentanglahan, bagaimana kompleksitanya di lapangan, dan potensi serta permasalahan apa saja yang dihadapi tiap wilayah. Rute yang yang palin menarik bagi saya adalah zona tengah jawa bagian utara. Jalan yang naik turun (seperti harga cabai di pasaran hehe intermezo) itu sangat fuantastik sekalii. Seperti main game online, seakan2 bisnya bisa terbang. Selain itu fenomena seperti sawah tadah hujan (pertanian lahan kering) di sepanjang jalan yang saya tidak tahu sudah berapa jam dan berapa km melambai2 di tepi jalan (maaf lebai) sungguh membuka hati saya begitu Allah adalah Maha Pencipta dan Pemberi Rizki. Selalu ada jalan bagi yang berusaha, kata2 itu sgt cocok bagi penduduk di daerah tersebut. Melalui kkl ini saya lebih bisa memahami keterkaitan alam dengan kependudukan, kependudukan dengan perekonomian, lalu perekonomian dengan pembangunan suatu daerah, Misalnya Kudus dengan ketersediaan alamnya yang cocok untuk pertanian tembakau, lalu jumlah penduduknya struktur demografisnya untuk pemenuhan tenaga kerja yang dibutuhkan bagi industri2 industri rokok di Kudus, serta letaknya yang strategis dekat dengan daerah marketnya di wilayah lain, dan keterkaitan perekonomiannya dengan Semarang ternyata telah membuat Kudus tumbuh dan berkembang dengan pesat di dalam pembangunannya. Pokoknya KKL ini adalah sweet honeymoon saya dgn bentangalam, teman2 keluarga geografi yang kece2 ilmu kegeografiaannya dan para Ibu Bapak Dosen yang telah mengudara bersama kami beserta canda guraunya yang selalu membuat saya "ngakak" selama KKL I. Saran saya untuk KKL tahun depan untuk angkatan 2012 semoga tambah joss lagi dan untuk urusan sholat semoga tidak terlalu molor sama semoga untuk penginapan di daerah bandungan bisa dipilihkan yang tidak ngeri...karena sesuatu sekali Pak di sana. Caayyyoo!! SWEET HONEYMOON ^_*
- Sri Lestari
KKL 1 menurut saya adalah puncak dari ilmu yang kami pelajari selama tahun pertama mulai dari ilmu - ilmu yang berkode GKP, GPW, maupun GEL....sehingga ilmu yang saya pelajari bukan hanya berakhir pada hapalan teori dan secarik kertas ujian namun dapat saya aplikasikan dalam fenomena - fenomena yang ada di sekitar kita. Hal ini membuat saya sadar akan ilmu yang sangat berharga yang saya dapatkan selama berkuliah di Fakultas Geografi ini, "SADAR LINGKUNGAN" itulah inti dari KKL 1 yang saya dapatkan.
selama mengikuti KKL 1 ini, saya merasa sangat terhibur dengan candaan - candaan yang diberikan oleh para dosen agar dapat memeriahkan suasana, akan tetapi bapak ibu yang terhormat, saya menyarankan agar dalam bercanda secukupnya saja, karena dosen adalah sosok yang menjadi suri tauladan bagi mahasiswanya, sedekat apapun mahasiswa dan dosennya, tetaplah harus ada etika yang membatasi keduanya agar seorang mahasiswa tidak "nglunjak" kepada dosennya. Akan tetapi berkat KKL 1 ini saya merasakan kekeluargaan yang erat di Lingkup Geografi dan juga sebaiknya waktu di setiap spot lebih lama agar lebih paham, hehe ... terima kasih maaf kalau ada kata-kata saya yang salah...Jaya Geografi !!!
akhir kata JAYA GEOGRAFI, SEMANGAT MEMBUMI ..
0 komentar:
Posting Komentar